9 oktober 2013
Ukhti Fitria:
Pagi ini d bahas ttg Al
umuuru bimaqaashidihaa (semua urusan itu tergantung maksudnya). Kaidah ini
didasarkan satu hadis yang diriwayatkan dari sayyidina Umr bin Khatab r.a.
bahwa Rasulullah SAW bersabda : Segala sesuatu perbuatan, tergantung pada
niatnya, dan sesungguhnya setiap perkara hanya sesuai dengan niatnya. Bahkan di
riwayat yang lain menyebutkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Banyak amal
perbuatan yang secara lahir tampak perbuatan ukhrawi, tetapi bernilai ukhrowi, karena
niat yang salah. Begitu pula sebaliknya, betapa banyak perbuatan yang tampak
secara lahir termasuk perbuatan duniawi, tetapi di hadapan Allah termasuk
perbuatan ukhrawi, karena niatnya baik dan benar.
Puasa merupakan perbuatan
ibadah ruhiyah. Hanya dia dan Allah SWT yang tahu. Karena itu, niat adalah
merupakan satu-satunya tolok ukur, apakah puasa itur bernilai sebagai ibadah,
atau hanya mendapatkan lapar dan dahaga. Maka, berbahagialah bagi kita umat
Islam yang mampu meluruskan dan memurnikan niat.
Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa yang berpuasa di bulan suci Ramadhan
didasari dengan iman dan niat yang ikhlas karena Allah semata, maka dia akan
mendapat ampunan dari Allah dari dosa yang telah dilakukan”.
Pernah suatu saat Siti Aisyah
R.A. mengadu kepada Nabi. Ya Rasulullah, kita sudah menikah lama, tetapi hingga
sekarang belum dikarunia anak oleh Allah SWT, bagaimana seandainya kami membeli
seorang budak di pasar, agar ada yang menemani aku di saat engkau bepergian,
sehingga aku tidak kesepian, dan ada yang membantu menyelesaikan pekerjaan
rumah tangga. Setelah Rasulullah mengijinkan, Siti Aisyah berangkat ke pasar
dan membeli seorang budak sebagaimana yang diinginkan. Begitu budak ini
dibayar, dan masih di tengah jalan tiba-tiba malaikat Jibril datang, Ya
Rasulullah, budak yang baru saja dibeli oleh isterimu itu, jangan sekali-kali
engkau ijinkan masuk ke rumahmu. Rasulullah bertanya : Mengapa demikian ya
Jibril? Karena catatannya di sisi Allah sebagai calon penghuni neraka, tak
layak, dan tak patut sebagai calon penghuni neraka masuk menjadi ahlul bait,
bersama dengan Rasulullah SAW yang semua keluarganya disucikan oleh Allah. (QS
Al Ahzab : 33).
Mendengar ini, Rasulullah SAW
langsung mencegat jangan sampai budak yang dibeli Aisyah itu masuk rumah.
Begitu sampai di hadapannya, beliau langsung memberitahu sebagaimana yang
dikatakan oleh malaikat Jibril tadi. Mendengar berita itu, budak itu menangis
tersedu-sedu, karena harapannya yang ingin menjadi bagian dari keluarga
Rasulullah pupus. Dan saat itu juga Rasulullah bersabda : Hari ini aku akan
memerdekakanmu, sehingga kamu sekarang bebas seperti orang yang merdeka pada
umumnya dan silakan kamu pulang!.
Mendengar Rasulullah
mengatakan seperti itu, budak ini tidak berhenti menangis. Melihat reaksinya
seperti itu, Rasulullah SAW tidak tega, lalu beliau masuk ke rumah untuk
mencari sesuatu untuk menghibur hatinya. Diriwayatkan, bahwa ternyata
Rasulullah hanya menemukan satu biji buah kurma. Sambil memberikannya beliau
bersabda : Semoga, satu biji buah kurma ini bermanfaat bagi kehidupanmu di masa
yang akan datang.
Di perjalanan, satu biji
kurma dari Rasulullah itu dimakan sedikit demi sedikit, hingga tinggal separo.
Di tengah jalan itu ada seorang pengemis yang kelaparan dan meminta kurma
tersebut, tanpa berfikir panjang, karena yang ia punya hanya satu biji buah
kurma yang tinggal separo itu, maka diberikanyalah itu kepada pengemis
kelaparan tersebut, dan tampaknya langsung dimakannya.
Dalam waktu bersamaan
malaikat Jibril datang kedua kalinya kepada Rasulullah dan berkata : Ya
Rasulullah, budak yang baru kau suruh pergi tadi, tolong panggil lagi kemari !
Rasulullah menjawab : Ya Jibril, kenapa kau suruh memanggil budak itu kembali,
padahal baru saja kau suruh aku memulangkannya, sebenarnya apa yang terjadi ?
Jibril menjawab : Budak tadi di tengah jalan bershodaqah dengan separo buah
kurma yang kau berikan tadi kepada seorang pengemis yang kelaparan. Dan karena
kebersihan niatnya hanya karena Allah ta’aalaa, akhirnya tercatat suatu kebajikan di sisi
Allah. Itulah yang merubah takdir.
Akhi Pratomo:
Eh iyo,nek ndik Malaysia iku
untuk seorang ustadz agar bisa ceramah dan dakwah,harus ada lisensinya dari
pemerintah,dan tiap bulan dapat gaji rutin kalo gak salah RM 300
Fitria jarang muncul. Posting
e duowoooooo..
Kudu tuku tablet sik iki moco
ne, i...hehehe guyon kok.
Barokallahu fik
Ukhti Fitria:
Hny ingin berbagi sarapan
mox.... krn terpesona oleh
crtnya.....
Td pg dgr ceritanya dr
ustadzx tp sepotong2, t googling unt mencr crt selengkapx dan q share d
sn....mhn d koreksi kl ada slh ketik....
Sik tak lungguh sing
penak,terus moco posting ente,i...apik
Ukhti Nadia:
Jazakallah khair
Ukhti Fitria:
Ini terusan crtx : Itulah
yang merubah takdirnya, dan sekarang dia adalah calon penghuni surga. Ketika
itu, spontan Rasulullah SAW bersabda : ittaqun naaro walau bisikki tsamrotin
(jagalah dirimu dari sentuhan api neraka walapun dengan separo buah kurma).
suatu perbuatan walaupun
kelihatan sepele, tetapi bernilai luar biasa di hadapan Allah SWT. Oleh karena
itu, Rasulullah bersabda : “Niatnya orang beriman itu lebih mulia daripada
perbuatannya”.
Hal ini relevan dengan firman Allah surah al Zalzalah : 7-8. Yang maknanya :
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
Muhasabah bisa berarti
introspeksi diri, melakukan evaluasi, dan bersikap kritis kepadadiri sendiri.
Bermuhasabah berarti mencoba mengenali kelebihandan kekurangan yang ada.
Kelebihan yang diberikan Allah akan dimanfaatkan untuk menambah raihan
kebaikan. Sementara kekurangan dijadikan sebagai momentum memperbaiki diri agar
lebih baik dari waktu ke waktu.
Demikian keadaan orang yang
aktif melakukan muhasabah.
Sejenak kita perlu melakukan renungan
tentang umur,harta, kesempatan,dan waktu yang ada. Untuk apa umurkita selamaini?
Dari mana kita memperoleh harta dan ke mana harta tersebut kita keluarkan? Bagaimana
kita memanfaatkan kesempatanyang ada? Dan dengan apa kita mengisiwaktu hidup
ini?
Nabi mengajarkan kepadakita
untuk muhasabah lewat sabdanya; “Orang yang beruntung adalah orang yang menghisab dirinya
serta beramal untuk kehidupan setelah kematian. Sedangkanorang yang lemah adalah
orang yang mengikuti hawa nafsu serta berangan-angan terhadap Allah
SubhanahuWata’ala.” (HR. Turmudzi).
Ungkapan Nabi ini mengajak kita
untuk fokus kepada visi kehidupan setelah kematian dan bersikap introspektif dalam
memperbaiki aksi sebagai hamba Allah. Dari Nabi juga berikut para SalafusShalih
(orang-orang terdahuluyang baik), kita bisa memperoleh suguhan aksi muhasabah
mereka.
Ada empat aspek yang perlu kita
lakukan muhasabah di dalamnya.
Pertama, Muhasabah dalam
makanan dan minuman yang kita konsumsi.
Makanan dan minuman yang kita
masukkan ke dalam perut akan memberi energi. Selama makanannya halal dan
diperolehdengan cara yang tepat,akan melahirkan energi positif yang darinya
kita terbawa kepada hal-hal yang baik. Namun,jika ternyata kita mengonsumsi
makanan haram atau diperoleh dengan cara yang culas, maka makanan dan minuman tadi
berubah menjadi energi negatif.
Rasululullah pernah tidak
tidur semalaman. Kali ini Nabi tidak tidur bukan karena tengah bermunajah tapi tengah
tenggelam dalam memikirkan sebutir kurma yang dimakannya pada siang hari
sebelumnya.Beliau khawatir jika sebutir kurma yang telah tertelan oleh beliau
itu ternyata adalah sedekah untuk kaum fakir-miskin.
Sayidina Abu Bakar
Ash-Shiddiqjuga tidak mau kalah soal mengevaluasi sumber makanan dan minuman.
Beliau pernah meminum segelas susu yang ada di meja hidangan karena rasa haus
selepas beraktifitas.
Setelah minum, datanglah pembantunya
dan memberitahu bahwa susu itu merupakan upah yang ia terima ketika dulu ia
masih berprofesi sebagai juru ramal (dukun). Seperti disambar petir di siang bolong
Abu Bakar mendengar berita dari pembantunya ini. Beliau berusaha memuntahkan
susu dengan sekuat tenaga hingga tidak sadarkan diri. Usai siuman beliau
mengatakan, “Seandainya
aku harus menebus nyawaku untuk mengeluarkan susuini, akan kulakukan,karenaaku
mendengar Rasul telah bersabda,“Setiap dagingyang tumbuh dari makananyang haram, maka
api nerakalebih pantas untuknya.”
Kedua, muhasabah perbuatan.
Kadang kala tindak tanduk berakibat
fatal kepada diri sendiri maupun orang lain. Disadari atau tidak, kita sering jatuh
dalam kesilapan dan kesalahan.Akibatnya, orang lain yang tidak tahu apa-apa
bisa terkena getahnya.
Sikap muhasabah dalam
tindak-tanduk tampak dari sosok Sayidina Umar bin Khattab yang pernah memukul kakinya
dengan cemeti seraya berkata,“Apa yang telah engkau kerjakan siang tadi.”
Lain halnya dengan Ar-Rabi`
bin Khaitsam,ia menggali lubang seperti kuburan di dalam rumahnya. Setiap kali
ia merasa malas beribadah, ia langsung masuk ke dalam lubang tersebut agar
selalu ingat bahwa dirinya suatu saat akan menjadi penghuni kubur,sehingga ia
bergegas dalam beramal membawa pundi-pundi bekal sebanyak-banyaknya.
Ketiga, menghukum diri.
Kita sering mendengar bunyi pepatah,
“Gajah di pelupukmata
tak terlihat, semutdi seberang lautan terlihat.” Pepatah lama ini ingin kembali kita ingat,berapa
sering kita melihat kesalahan orang lain tanpa pernah mampu melihat
kesalahansendiri, berapa seringkita melihat orang-orang yang menyakitikita dan
mengumpat namun jarang menyadari bahwa luka yang sama bahkan lebih dalam lagi
telah kita torehkan di hati orang lain, berapa seringkita melempar batu dan
sembunyi tangan, menjadi orang yang sangat pengecut padahal Allah mengetahui apa
apa yang kita lakukan.
Ada banyak cara dilakukan
untuk dapat menyadari kesalahan,seperti seseorang yang pernah berpapasan dengan
seorang wanita yang bukan mahramnya. Tanpa sengaja ia melihat ke arah wanita
tersebut. Menyadari bahwa dirinya telah melihat yang tidak halal baginya,segera
ia menampar matanya dan berkata,“Sesungguhnya engkau telah melihat hal yang
merugikanmu.”
Tidak kurang Sahabat Thalhah juga
melakukan penghukuman diri. Ia pernah ketinggalan shalat berjamah di masjid
karena sibuk mengurus kebun miliknya. Sebagai bentuk hukuman dan tebusan atas
kelalaian menunaikan ibadah shalat dengan berjamaah,ia menyedekahkan kebunnya untuk
umat.
Aspek keempat dalam muhasabah
adalah mengevalusi alam pikiran tentang dahsyatnya api neraka.
SayidinaAli bin Abi Thalib
merupakan sosokyang pantas diteladani dalam membayangkan betapa pedih siksa nerakaitu.
Pada suatu hari, datanglah Aqil
bin Abi Thalib yang merupakan saudara kandungAli yang kala itu menjadi Amirul
Mukminin. Ia meminta uang lebih dari apa yang sudah ia terima dari Baitul Mal.
Ali memintanya untuk datang di malam hari.
Aqil datang di malam yang
sudah dijanjikan. Sesampainya di kediaman Ali, Ali menyuruh Aqil mengambil satu
bungkusan yang tertutup rapat. Dengan cekatan Aqil mengambil bungkusan tadi.
Tak dinyana Aqil menjerit kesakitan tepat ketika ia mengambil bungkusan itu.
Ternyata bungkusan itu adalah bara api yang ditutup dengan rapi. Aqil menjerit sampai
pingsan.
Setelah sadar, Ali berkata kepada
saudaranya, “Baru
dengan api dunia saja engkau sudah menjerit sedemikian rupa, bagaimana jika
kita diikat dengan rantai jahannam karena menyelewengkan amanat umat, wahai
Aqil!”
Ada pula seseorang yang
berusaha mengingat panas mendidihnya neraka dengan berguling-gulingdi gurun
pasir pada sianghari. Orang ini berkata,“Wahai Diri! rasakan ini. Dan neraka jahannam jauh
lebih panasdari panas yang engkau rasakan saat ini.”
Keempat, hal yang perlu kita
evaluasi menjadi semacam ukuran sejauh mana keseriusan dalam memanfaatkan umur,harta,
waktu, dan kesempatan,yang tersisa setelah menginjak tahun baru ini. Jika pada
tahun sebelumnya,kita masih abai dan sering memandang sebelah mata pentingnya mengevaluasi
makanan dan minuman halal, perbuatan, menghukum diri, dan pikiran akan siksa neraka,
kini saatnya perlu untuk mengingat itu semua. Agar bukan sekadar ucapan selamat
tahun baru yang kita lakukan namun juga melakukan aksi nyata dan menyemesta.
Ini sdkt vitamin yg ku dpt
pagi ini, smoga bermanfaat bg kita smua....
Allahumma aamiin
Aamiin
Ukhti Nadia:
Makasih kultum nya ya
Fitria..
Pratomo..
Subnahallah, Baarakallahu
fik.. Jazakallah khair buat Ukhti Fitria
Akhi Fithrawan:
Yang lain, bisa sharing
juga.. Ngga apa copy paste hikmah, dalam.suatu riwayat, ada anak panah yang
terlontar dalam jihad fi sabilillah..
Yang masuk surga dan mendapat
ganjaran ternyata bukan saja yang berjihad melontarkan panah terdebut, namun
juga yang membuatnya, dan yang membelinya..
Semua yang diikhlaskan untuk
Allah Ta'aala pasti dibalas berlipat lipat..
InsyaAllah..
Akhi Purwito:
Subhanallah.. barokallah ya
ukhti fitria. Jazakillah khoiron katsiro
Aq salut karo effort ngetik
sampean..
Ilmu Dien yang bermanfaat itu
investasi akhirat..
Akhi Fithrawan:
"Barang siapa
mengajarkan kebaikan, dia memperoleh pahala orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala orang tersebut.." Al Hadist
Subhanallah, betapa
beruntungnya seorang guru MTQ di musholla musholla tersebut, mereka mengajarkan
membaca Al Quran, mereka mendapat pahala bacaan ratusan anak yang diajarkan
membaca Al Quran tersebut, padahal pahala 1huruf itu x10 x berapa orang x
panjang surat..
Itulah pula sebabnya anak
shalih merupakan salah satu dari 3 amal yg tidak putus pahalanya..
Anak adalah hasil usaha dan
didikan orang tua, Rasulullah bersabda yg maknanya kurang lebih: "anak
adalah hasil usaha orang tua, maka hasil usaha anak adalah juga merupakan
hasil.usaha orang tua"
makanya setiap amal shalih
sang anak, InsyaAllah orang tuapun mendapatkan ganjaran pahala meskipun orang
tua sudah meninggal..
Itulah, bagi yang orang
tuanya sudah dipanggil Allah Azza wa jalla, hendaknya sang anak banyak
melakukan amal shalih dan kebaikan serta mendoakan.. Itu adalah salah satu
bentuk rasa bakti kita kepada almarhum..
Dan ini sesuai dengan yang
diajarkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wassallam..
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar