23
oktober 2013
Bismillah
akhi
Fithrawan:
berhubung
kemaren sudah sedikit menyinggung doa dan dzikir, ayo coba kita mulai kritisi
doabdan dzikir kita. Dan sebaiknya kita mulai dari yang utama yaitu Sholat..
Sudah
pernahkah kita memeriksa kembali bacaan sholat kita? Agar kita bisa
melaksanakan Sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wassallam: "Sholatlah
sebagaimana kamu melihatku sholat"
Sifat
Sholat Nabi ini yang penting untuk dipelajari. Karena amalan hamba di hari
kiamat yang pertama diaudit Allah Azza Wa Jalla adalah sholat..
Yang
pertama adalah Bab Doa Istiftah..,
yang
mahsyur adalah doa Allaahumma baa'it bainii wabainaa khotoyaayaa kamaa ba'adta
bainal masyriki wal maghrib.. Dan seterusnya.. Mohon dilengkapi ya..
Artinya
"Ya Allah, jauhkanlah dosa diriku sebagaimana Engkau menjauhkan barat dan
timur, Ya Allah bersihkanlah diriku dari dosa sebagaimana Engkau membersihkan
kain putih dengan air dingin, Ya Allah, sucikan aku dari dosa dengan air,
salju, dan embun.."
Doa
Istiftah itulah yang paling mahsyur, diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim..
Nah,
terkadang kalau kita di belakang imam yang cepat, atau kita ingin sholat sunnah
yang singkat, bisa menggunakan doa istiftah yang berikut:
Dari
sahabat Abu Sa'id Al Khudri Radhiallaahu anhu, Nabi Shallallaahu alaihi
wassallam membaca doa istiftah:
"Subhanakallaahumna
wabihamdika watabaarokasmuka wata'aalaa jadduka walaa illaa ha ghoiruk"
"Maha
suci Engkau ya Allah dan aku memujiMU, Maha Berkah NamaMU, Maha Tinggi
KekuasaanMU, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau."
Bacaan
ini ada dalam Sunan Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Daud, dan Sunan Nasa'i..
Cukup
jika berpegang pada dua jenis doa istiftah tersebut..
Bahkan
yang jenis kedua pendek namun ada Riwayat bahwa Rasulullah menyatakan itu
adalah kalimat yang paling dicintai Allah Azza wa jalla
Nah,
yang perlu diperiksa lagi adalah bacaan yang sangat mahsyur yaitu "Inni
wajjahtuu wajhiyaa lilladzii fatharassamaa waati wal ard.. Dan seterusnya, dan
biasanya kita berhenti di kalimat laa syariika lahuu wabikaa lika umirtu wa
anaa minal muslimiin..
Jika
diperiksa ulang di kitab sifat sholat Nabi, di kitab Al Azkar, atau di
ensiklopedi Sholat, ternyata bacaan tersebut adalah doa istiftah yang belum
selesai, atau terpotong.
Jadi
hendaknya jika ingin mengamalkan doa istiftah yang ini, hendaknya merujuk
kembali ke referensi aslinya, dan ternyata panjang.
Hadistnya
diriwayatkan oleh Muslim, dari Sahabat Ali bin Abi thalib Radhiallaahu anhu dan
Ibunda Aisyah Radhiallaahu anha.., bacaan doanya bukan dimulai dari Inni
wajjahtu akan tetapi:
Wajjahtu
wajhiya lilladzii fatarassamaa waati wal ard haniifammuslimaa wamaa kaanaa
minal musyrikiin, Inna sholaati wanusukii wamah yaayaa wamamaati lillaahi
robbil aalaamiin, laa syariika lahuu wabidzaa lika umirtu wa anaa minal
muslimiin, Allaahumma anta robbii laa ilaa ha illa Anta, Anta robbi wa anaa
abduk dzolamtu nafsi wa'taroftu bi dzambi faghfirlii dzunuubi jamii'an laa
yaghfru dzunuubi jamii'an illaa Anta, wahdinii li ahsanil akhlaak laa yahdi li
ahsaniha illaa Anta, wasrif anni sayyi ahaa laa yasrifu anni sayyi ahaa illa
Anta, labbaikaa wasa'daiik, wal.khoiru kulluhuu biyabdaiik, wasyarru laisa
ilaiik, anaabika wa ilaiik, tabaaroka wata'aalaiik, astaghfiruka
wa'atuububilaiik.."
Artinya
: "aku hadapkan wajahku kepada Tuhan pencipta langit dan bumi, dengan
memegang agama yang lurus, dan aku tidak tergolong orang2 yang musyrik.
Sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan
Semesta alam, tiada sekutu bagiNYA demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertamatama menyerahkan diri kepada Allah. Ya Allah
Engkau adalah Raja, tiada Tuhan yang berhak diibadahi kecuali Engkau, Engkau
Tuhanku, sedang daku hambaMu, hamba mendzalimi diri sendiri, aku akui segala
dosaku, maka ampunilah semua dosaku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa
kecuali Engkau, aku menyambut seruan Engkau dengan bahagia, segala kebaikan
adalah dari Engkau, segala keburukan tiadalah dinisbatkan kepada Engkau, aku
hidup bergantung kepada Engkau semata, Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi, aku
mohon ampun dan aku bertaubat kepada Engkau.."
Subhanallah..
Itu doa yang luar biasa.. Penuh penghambaan diri, pengagungan kepada Allah Azza
wa jalla..
Jika
dihayati maknanya yang mendalam, tidak heran jika para sahabat dalam sholat
mencucurkan air mata.. Sungguh doa yang agung..
Jika
diperhatikan; maka hendaknya yang memang terbiasa membaca Inni wajjahtu dst..
Hendaknya menghafal seutuhnya doa ini, tidak terpotong di tengah, jika belum
hafal, hendaknya menggunakan doa istiftah yang awal tadi saja..
akhi Tino Leonardi:
matur
nuwun atas pencerahannya Gus
akhi
Fithrawan:
Wa'iyyakum,
o ya, lafadz doanya aku periksa ada beberapa yg salah itu, harap membuka ke
referensi arabnya agar tajwid, makhroj, mad nya tidak salah, itu tadi sekedar
contoh. Mohon akhi Pratomo bisa mereff kan versi arabnya ya..
akhi
Pratomo:
Ntar
kalau sempat aku carikan..
Insya
Allah akhi ...nanti aku carikan.
akhi
Fithrawan:
Versi
yang mahsyur dibaca saat kita kecil dulu juga ada: Kabiiroo walbhamdulillaahi
katsiiro.. Dst..
Setelah
di cek ulang lafadznya ternyata:
Allaahuakbar
kabiiro 3x
Walhamdulillaahi
katsiiro 3x
Wa
subhanallaahibuk ratawwa'asiila 3x
A'uudzubillaahi
minnasyaitoonii minnafkhihi wanafsihi wahamzihii
Allah
Maha Besar 3x
Segala
puji bagi Allah dengan pujian yang banyak 3x
Maha
Suci Allah di waktu pagi dan sore 3x
Aku
berlindung kepada Allah dari godaan setan dari semua tiupannya dan bisikannya..
Hadist
dari Ibnu Umar, diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad..
akhi
Tino Leonardi:
Akeh
men versinya hehe
akhi
Fithrawan:
Masih
ada lagi versi panjang yang dibaca Rasulullah Shallallaahu alaihi wassallam
seperti
Allaahumma
Robba Jibrila Wa Mikaaiila Wa Isroofilla.. Dst
atau
yang
Allaahumma
lakalhamdu kamaa nuurussamaa waatiwal ardi waman fiihin.. Dst
itu
panjang dan sahih hadistnya..
Intinya
hendaknya diri ini memeriksa ulang bacaan doa istiftah pada sholat kita dan
sandarkan pada bacaan yang benar2 sahih..
Afdhal
jika menghafal lebih dari satu doa, lalu dalam sholat kita baca bergantian,
terkadang baca yang ini, kadang yang lain..
Itu
agar kita benar2 menghadirkan pemahaman dalam sholat yang menimbulkan ke
khusyu' an. Tidak sekedar lisan ini otomatis saja membaca yang selama ini
diajarkan sejak SD dulu tanpa memeriksa ulang..
Semua
adalah utk motivasi memperbaiki selalu khusyu' nya sholat kita agar tidak
termasuklah jiwa ini dalam Firman Allah Azza wa Jalla dalam Surat Al Maun
"fawailullil musholliin, alladzii nahum ansholaati him saahuun"
"celakalah
orang yang sholat, yaitu orang yang lalai dalam sholatnya"
Iyo
Pak Onit, cukup 1 saja yang pendek dan sahih.., diamalkan istikomah hingga
akhir hayat.. InsyaAllah masuk surga Pak.. Aamiin
akhi
Pratomo:
Masalah
sedekap saja juga masih banyak diantara kita yg kurang pas....
Aamiin..
iyo sedekap jg byk yg msh blm sesuai.
akhi
Fithrawan:
Komen
Pak Onit tadi yang "akeh men versi ne hehe", sejatinya merupakan
peringatan lho..
Ini
yang aku maksud kemaren, sungguh, jika kita berusaha mengamalkan Sunnah
Rasulullah Shallallaahu alaihi wassallam saja, maka habislah waktu kita 24jam,
dan habislah umur kita yang pendek..
Ngga
akan sempat mengamalkan amalan2 lain yang tidak ada contohnya bahkan tidak
disyariatkan dalam agama Islam ini.
akhi
Pratomo:
Sedikit
tambahan akhi
Kesalahan
bacaan sholat terkait membaca do'a iftitah:
- Tidak membaca do'a iftitah padahal ada kesempatan untuk membacanya. Karena sikap ini berarti menyia-nyiakan sunah dalam shalat.
- Imam Syafi'i rahimahullah mencela sikap orang yang tidak meniru cara shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Makmum yang ketinggalan menyibukkan diri dengan membaca doa iftitah, padahal imam sudah mau rukuk. Koreksi ini bukanlah saran agar do'a iftitah ini ditinggalkan total ketika menjadi makmum. Namun jika waktu yang dimiliki oleh makmum itu terbatas karena imam sebentar lagi mau rukuk maka sebaiknya makmum mendahulukan yang wajib dari pada yang sunah. Dan telah diketahui bersama bahwa do'a iftitah hukumnya sunah sedangkan membaca al-fatihah hukumnya wajib. Oleh karena itu, selayaknya makmum yang ketinggalan dan imam sudah mau rukuk maka sebaiknya makmum tidak perlu membaca iftitah namun langsung membaca al fatihah. Dikisahkan bahwa Ibnul Jauzi pernah shalat dibelakang gurunya Abu Bakr Ad Dainuri. Ibnul Jauzi ketinggalan dan imam sudah mau rukuk. Tetapi Ibnul Jauzi malah sibuk membaca do'a iftitah. Ketika mengetahui hal ini, gurunya menasehatkan: "Sesungguhnya ulama berselisih tentang wajibnya membaca surat al fatihah di belakang imam, namun mereka sepakat bahwa do'a iftitah adalah sunnah. Maka sibukkanlah dirimu dengan yang wajib dan tinggalkanlah yang sunah."(Al Qoulul Mubin, dinukil dari Talbis Iblis).
- Imam membaca do'a iftitah terlalu panjang. Yang lebih tepat adalah selayaknya imammemilih doa iftitah yang pendek. Memilih do'a iftitah satu saja dan meninggalkan do'a yang lain. Kemudian do'a yang dipilih tersebut dibaca dalam semua shalat dari sejak SD sampai tua. Kesalahan ini memberikan dampak buruk sebagai berikut: Sunah adanya bacaan iftitah yang lain menjadi hilang dan tidak lestari. Karena ketika banyak orang meninggalkannya maka orang akan menganggap itu bukan ajaranNabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Munculnya sikap fanatisme golongan. Sebagimana yang terjadi di tempat kita. Orang yang iftitahnya: Allaahumma baa'id bainii' dianggap golongan A, sedangkan yang iftitahnya: Allaahu akbar kabiiraa 'dianggap golongan B. Ini adalah musibah yang menimpa kaum muslimin indonesia.
akhi
Fithrawan:
Jazakallah
khairan.
akhi
Pratomo:
Ini
arabnya iftitah yg 1:
اللَّهُمَّ
بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ
وَالمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ
الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ
وَالبَرَدِ
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau
telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku
sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah
kesalahanku dengan air, salju, dan air dingin” (HR.Bukhari 2/182, Muslim 2/98)
Yang
ketiga:
وَجَّهْتُ
وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ
الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ
رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ
لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ،
وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ،
وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ،
لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ
إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi
sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik.
Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata
untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku
patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya
Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain
Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah
hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu
ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni
segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak
ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang
buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya
melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong
agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang
dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk.
Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan
keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan
dariMu dan aku bertobat kepadaMu” (HR. Muslim 2/185 – 186)
Yang
ke-5
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ
غَيْرُكَ
“Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan nama-Mu dengan memuji-Mu.
Nama-Mu penuh berkah. Maha tinggi Engkau. Tidak ilah yang berhak disembah
selain Engkau” (HR.Abu Daud 1/124, An Nasa-i, 1/143, At Tirmidzi 2/9-10,
Ad Darimi 1/282, Ibnu Maajah 1/268. Dari sahabat Abu Sa’id Al Khudri,
dihasankan oleh Al Albani dalam Sifatu Shalatin Nabi 1/252)Yang lainnya ada juga:
اللهُمَّ
رَبَّ جَبْرَائِيلَ، وَمِيكَائِيلَ، وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ
فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ
الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
“Ya Allah, Rabb-nya malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil. Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui hal ghaib dan juga nyata. Engkaulah hakim di antara hamba-hamba-Mu dalam hal-hal yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku kebenaran dalam apa yang diperselisihkan, dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberi petunjuk menuju jalan yang lurus, kepada siapa saja yang Engkau kehendaki” (HR. Muslim 2/185)
Doa istiftah ini juga sering dibaca Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam ketika shalat malam. Namun tetap masyru’ juga dibaca pada shalat wajib dan shalat yang lain.
Intinya mari coba kita mengamalkan apa yang diamalkan Rasulullah Shallallaahu alaihi Wassallam semampu kita, dan terkadang membaca doa istiftah yang ini terkadang yang itu. Agar kita lebih khusyu' dan memahami apa yang kita baca.
akhi Tino Leonardi:
Alhamdulillah terbaca mox
Wa
jazakallah khair
akhi
Pratomo:
Gak
usah risau gak bisa bbm for android, ngit
akhi
Tino Leonardi:
Hahay
ga risau mox cm penasaran knp ga bs setup
akhi
Fithrawan:
Sip
Alhamdulillah.. Tinggal di archive
Memang
klo pas jamaah haus hafal yang pendek, karen begitu imam baca Al Fatihah,
makmum wajib mendengarkan dan tidak baca yang lainnya, atau ikut membaca
Alfatihah lirih mengikuti imam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar